Template by:
Free Blog Templates

Sunday, December 28, 2014

MT. SUMBING SANG MONSTER JAWA



21 Desember 2015, Aku bersama ke empat kawan dari kelompok PAUS Bulu-Tuban bersiap meluncur sambangi alam bebas, Purwokerto adalah tujuan kami, lebih tepatnya Desa Butuh Dusun Garung dan Gunung Sumbing adalah tempat dimana kami harus belajar bertahan hidup dan mandiri.

Perjalanan dimulai dari Desa Bulu Kecamatan Bancar menuju ke terminal Semarang, perjalanan ini kami harus merogoh kocek 32.000/anak untuk sampai di terminal semarang, usai diterminal semarang kami menuju Bus jurusan Semarang Purwokerto via Wonosobo, dalam perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 4 jam ini kami harus merogoh kocek 35.000/anak dan sampailah di depan gapura Dusun Garung Desa Butuh.

Turun dari Bus kami sudah di sapa dua bersaudara, yakni MT. Sumbing dan MT. Sindoro yang saling berhadapan, inilah start perjalanan kami, berjalan kurang lebih 500 meter memasuki Gapura Garung kami disambut senyum dengan beberapa kawan pendaki dari berbagai daerah yang sudah mulai berkumpul di Basecame Sumbing, malam ini kami menginap di Basecame untuk mengembalikan stamina kami yang terkuras dalam perjalan dari rumah sampai Basecame ini, segelas teh hangat dan semangkuk mie rebus menjadi menu makan malam di setiap kawan-kawan kami.

Usai adzan magrib masih banyak juga pendaki yang baru turun dan datang di Basecame MT.Sumbing, salah satunya adalah rombongan dari Jakarta yang baru datang, empat orang inilah yang menjadi sahabat baru kami mulai dari Basecame sampai perjalanan pulang dan mereka adalah, Nyong, Mamoy, Busil dan Jujun. Diantara ke empat anak ini hanya Nyong yang bisa bahasa jawa.

Kami saling mengakrabkan diri dengan pendaki yang lain terutama dengan kelompok Nyong, terus bercanda bersama, tertawa bersama, sebelum besok pagi kami harus jalani tugas tahlukan puncak MT.Sumbing. dan akhirnya mata ini tertidur karena lelah tertawa.

Pagi hari mata ini masih terasa berat untuk melihat sekitar tapi dengan seketika aku bangun di kala aku melihat dibalik kaca Basecame, MT.Sindoro terlihat begitu jelasnya, cerah dan gagah, aku berlari keluar Basecame dan menyapa Sindoro dengan senyuman seakan dia berkata “Welcome In The My Life”.

Bergegas aku kembali ke Basecame dan Sarapan pagi, sementara rombongan anak Jakarta sudah siap berangkat menyusuri MT. Sumbing. usai foto bersama dengan pendaki lain rombongan Nyong segera berangkat, tak lama kemudian rombongan kami bersiap menyusul anak-anak Jakarta yang sudah berangkat duluan, dan akhirnya Aku, Impong, Handoyo, Fela dan Faisol siap telusuri MT. Sumbing.

Perjalanan baru berjalan sekitar 20 menit tapi tanjakan sudah menghadang, tanpa rasa putus asa kami terus terjang tanjakan untuk menuju Pos 1 (Malim), oh ya dari Basecame sampai Malim disediakan Ojek untuk naik 25.000/anak dan turun 20.000/anak. Tak lama berselang akhirnya kami menyusul kelompok Nyong, mereka melambaikan tangan menunggu kami, setelah satu jam perjalanan akhirnya kami sampai Pos 1 bersama anak-anak Jakarta. Di MT. Sumbing ini jarang sekali sumber mata air kelompok kami membawa air Basecame tapi salah satu anak Jakarta Jujun tau tempat sumber mata air di Pos 1 ini dari Peta yang di kasih di Basecame.

Setelah Jujun mengambil air kamipun melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 (Genus) di dalam peta jaraknya tak terlalu jauh tapi lagi-lagi tak ada medan datar dalam gunung ini, tanjakan tanah liat sudah menghadang kami untuk menuju Pos 2, di tengah perjalanan menuju Pos 2 tiba-tiba hujan turun, kami segera bergegas menggunakan jas hujan dan hanya aku yang tak bawa jas hujan, sedikit demi sedikit kami melanjutkan perjalanan, akupun tak peduli dengan tubuhku yang basah kuyup, sampai akhirnya kami menemukan tempat untuk bisa mendirikan tenda, dan akhirnya tiga tendapun berdiri bersama dengan tenda anak-anak Jakarta.

Setelah tenda berdiri Jujun langsung masak untuk rekan-rekannya begitu juga dengan aku dan fela yang memasak untuk kawan-kawan saya juga. Makan siang siap santap, kemudian kami tergeletak kecapekan sambil menunggu esok kan tiba untuk melakukan Summit Attack.

Jam 5 pagi segala persiapan untuk Summit Attack sudah siap, mulai dari susu coklat hangat sampai makanan ringan siap mensuply tenaga kami, baru berjalan beberapa meter tanjakan menghadang, terjal dan tinggi ternyata ini adalah Pos Engkol-engkolan, di atas pos enkol-engkolan rasa lelah seakan sirna kala Gunung Sindoro mulai tampakkan wajahnya, indah banget. Kami lanjutkan perjalanan hingga melewati Pos Seduplak Roto dan sampai di Pos Pestan.
 
Istirahat sejenak sambil menikmati Sindoro di pagi hari, aku menghela nafas panjang kala melihat rute menanjak dan berbatu itu adalah Pos Pasar Watu, Pos Watu Kotak dan Pos Tanah Putih, melewati ketiga pos itu cukup menguras banyak tenaga, sampai-sampai aku tak kuat lagi untuk mendokumentasikan video perjalanan kali ini. Perjuangan yang keras maka akan mendapatkan hasil yang maksimal, di Pos Watu Kotak Tuhan tunjukan keanggungan lewat ciptaannya, Sindoro, Perahu, Selamet, Merbabu, gunung-gunung terlihat jelas dari Pos Watu Kotak, semakin terlihat indah ketika lautan awan bermunculan mengiringi di samping mereka, tenaga saya terkuras habis tapi perjuangan belum berhenti, detik-detik menuju puncak, kabut datang dengan begitu tebal jarak pandang hanya mencapai 2 meter, tapi kaki ini tak mau berhenti melangkah, terus melangkah dan akhirnya sampai puncak, aku tergeletak tak berdaya, dengan sedikit makanan yang kami bawa sedikit stamina yang kembali, foto bersama itu jelas menjadi kewajiban di puncak sebagai bukti sejarah bahwa kami berhasil tahlukan puncak sebuah gunung.

Setelah capek naik, kini saya harus berfikir untuk turun, ah tak usah pikir panjang langsung aja turun, tenaga yang tersisa sedikit membuatku kehilangan konsentrasi, aku berkali-kali jatuh ketika turun puncak, untungnya tidak sampai terguling-guling di lautan batu-batu tajam. Berkejaran dengan gerimis yang mulai turun, konsentrasiku buyar, sering kali jatuh sampai pada urutan paling terakhir aku kembali ke tempat aku istirahat.

Didalam tenda kawan-kawan sudah mulai memasak, begitu juga dengan kelompok anak-anak Jakarta, rencananya kami akan turun langsung ke Basecame tapi karena hujan tak kunjung henti, kami putuskan menginap semalam lagi.

Pagi tiba, badan terasa tak karuan, memar hampir menghiasi sekujur tubuh, baru kali ini aku merasakan seperti ini saat mendaki gunung, ternyata Gunung Sumbing luar biasa dalam memwelcomkan kami yang baru menjajaki pertama kali ini.

Perjalanan turun menuju basecame tak kalah menantang, kami kadang berlari turun di tengah tanah licin bekas air hujan, tak jarang yang jatuh di perjalanan, sampai di Pos 1 kami menghubungi Basecame untuk mengirimkan 9 ojek, 4 untuk anak Jakarta dan 5 untuk kelompok kami, akibat kaki yang tak sanggup lagi melangkah kami terpaksa naik ojek dari pos 1 sampai Basecame. 

Di Basecame kami istirahat sebentar kemudia kami berpamitan untuk pulang, ada pertemuan ada pula perpisahan, kami harus berpisah dengan anak-anak Jakarta. Nyong, Mamoy, Busil dan Jujun terimaksih kalian telah mengisi sedikit cerita dalam perjalanan hidup kami, terimakasih MT.Sumbing kau telah membuat sejarah baru dalam hidup saya, I Love You Monster Jawa Track terjalmu tak akan terlupakan sampai nadi ini berhenti berdenyut. Hisyam Noer, 28 Des 2014.




0 comments:

Post a Comment