Template by:
Free Blog Templates

Friday, April 27, 2012

GRONGGONG

Kosong...
Tergelincir dalam skenario alam
Terhempas....
Ngetan yo ngetan, ngulon yo ngulon
Tapi tak bisa merobohkan

Terus... terus... dan terus berlalu
Merendah.... menurun dan tenang
Tuhan, engkau masukkan malaikat apa dalam jiwaku
Hampir aku lupa dengan segalanya

Tuhan, engkau mengembangkan jiwaku
dan menyiutkan ragaku
Uang, Kedudukan apalagi Cinta
Seakan Najis untuk di ingat

Aku bersyukur..
Tuhan, engkau beri aku sesuatu yang tak ada di orang lain

Biarkan malaikatmu
Terus berada dalam jiwaku
Ketenangan ini yang aku tunggu

By : HISYAM.NOER

Saturday, April 14, 2012

MANGAN YO MANGAN TAPI OJO KABEH-KABEH DIPANGAN

Bulu, tanah bumi yang satu ini terkenal dengan produk-produk amisnya, bau amis bulu merasuk keseluruh tubuh dari setiap bayi yang tangisannya menggema terdengar seantero Bulu, menandai bahwa bayi itu telah siap beramis-amisan dengan apapun yang ada dibulu.

Kurang lebih selama 21 tahun aku bertempat di Bulu tanpa sekalipun beranjak keluar desa untuk mencari ketenangan, ketika dulu aku masih berusia 6-7 tahun aku habiskan waktu-waktuku untuk bermain-main, ada petak umpet, Gobak Sodor dan permainan paling moderen waktu itu adalah Monopoli.

Memasuki usia 17 tahun ke atas permainan 10 tahun yang lalu udah jarang aku temui bahkan mungkin telah punah, sekarang yang sering aku temui adalah Monopoli Pemerintahan.

Dari tahun ke tahun dalam bidang pembangunan Bulu aku acungi jempol, Mulai dari Boom Bulu, Pembangunan POLINDES Banjarjo, Pasar Hewan Bulujowo, sampai Pasar Baru Banjarjo, tapi masyarakat Bulu bukanlah masyarakat yang ngerti sego mateng keplok-keplok, terutama yang aku jumpai disekitar tempat tinggal ku, yakni di Desa Banjarjo, masyarakatnya terbilang kritis, jangan mentang-mentang diberi bangunan baru terus masyarakat langsung bilang terimakasih tapi dicari dulu dari mana sumber dana tersebut.

POLINDES Banjarjo hasil dari dana PNPM 2011 dan yang menjadi tanda tanya sampai sekarang adalah dana yang dibuat untuk mendirikan Pasar Baru Banjarjo yang berada di sebelah selatan Terminal Banjarjo, dana itu yang terus diusut sampai sekarang oleh anggota BPD.

Dari info yang saya dengar, dari salah satu anggota BPD kalau dana itu adalah dana misterius, sampai-sampai dia sempat berteriak seperti ini "Mangan yo mangan tapi ojo kabeh-kabeh dipangan". Tapi kalau mendengar kata-kata itu ada benarnya juga, pasalnya aku sendiri pernah disuruh mindah foto usaha kecil milik masyarakat Banjarjo dan diatas foto itu kalau tak salah bertuliskan Usaha Sampingan SPP, aku juga sempat menegurnya dengan nada guyon "ga usahaku iki ae seng mbok gawe data, nek ora jaluk tak geceki ke".

Jum'at 13 April 2012 kemarin juga sempat ada rapat Rembuk Deso yang dihadiri oleh Perwakilan Masyarakat Desa, Pemerintah Desa, LKMD dan BPD, tapi aku tak tau pasti entah mereka hadir semuanya atau tidak, bahkan bisa jadi Anthek-antheke deso gak ada yang datang, mereka lebih memilih ndelik daripada harus ngurusi ocehan-ocehan yang menurut mereka tak ada gunanya.

Pembangunan pasar baru ini akan terus diusut sampai sejelas mungkin, Dapat dana darimana?, Kenapa Rakyat Sampai Tidak Tau?, Kenapa Juga Pamong Desa tak tau?, kalau memang mau buat kejutan untuk masyarakat harusnya para pengurus desa tau tentang proyek ini.




Kalau awalnya sudah ceker maka akhirnya juga akan ceker.
Sebelum jadi pemimpin yang baik maka jadilah rakyat yang baik terlebih dahulu.

JANGAN MENTANG-MENTANG DIBERI WEWENANG
TERUS BERBUAT SEWENANG-WENANG

Friday, April 13, 2012

BODOH

Hari yang indah
Semangat tinggi memuncak
Menghancurkan segala keraguan

Aku tahluk oleh ayat Tuhan
Surat Ibrahim Ayat 7
Menghancurkan tameng kesombonganku
Membuatku tak berdaya

24 jam berhasil aku pertahankan konsistensi ayat ini
Hingga akhirnya setan perempuan mungil datang

Merusak mentalku 
dan 
Menghancurkan segala pondasi syukur 
Yang telah ku tata dengan ornamen-ornamen tulisan arab dan maknanya

Kau caci aku dengan sikapmu
Hingga akhirnya merobohkan bangunan menara sabarku
Hancur tak tersisa

Kini aku hanya seorang yang linglung 
Melihat tingkahmu
Yang semakin hari-semakin membuat ku tak bisa apa-apa

Sebenarnya aku sudah tak kuat Tuhan
Dari-Mu untuk ku
dan
Aku serahkan kembali pada-Mu Tuhan

Ijinkan aku mengalirkan tetesan darah hati ini sepanjang hari

[Hisyam.Noer]

Monday, April 2, 2012

Penantang Maut


      Maut adalah hal yang tidak bisa terpisah oleh hidup, semua yang hidup pasti nanti akan mengalami maut, termasuk aku. Maut juga hal yang paling ditakuti oleh setiap mahluk hidup, terutama manusia, karena maut adalah batas akhir tingkah lakunya di dunia.
            Sebagian dari penduduk masyarakat Bulu masih percaya dengan keyakinan nenek moyang, yakni Animisme dan Dinamisme, pecaya pada roh dan percaya pada benda – benda yang dianggap keramat.
            Kami anak SMP Muhammadiyah 3 Bancar terutama kelompok Nur Sulikhin dan kawan – kawan sudah tak percaya dengan hal – hal seperti itu. Memang hal seperti itu ada tapi kami tak terlalu meyakininya, uji mental yang sering dilakukan pihak sekolah saat tengah malam di tempat – tempat asing seperti di makam membuat mental – mental kami bertambah kebal.
            Waktu istirahat telah tiba saatnya kami untuk sholat duha, kegiatan rutin yang kami lakukan setiap waktu istirahat, setelah selesai sholat duha biasanya aku dan teman – teman menghabiskan waktu istirahat kami dengan bermain atau berkumpul dibawah pohon besar depan sekolah, tapi untuk kali ini bukan itu yang bakal kami lakukan, kami berjalan keluar dari area sekolah dan menuju makam yang berada di samping sekolah kami, kami masuk makam sambil mencari buah – buahan yang sudah matang seperti yang biasa kami lakukan saat menunggu waktu les tiba, kadang kami juga menghancurkan tempat – tempat sesaji yang berada diatas makam orang – orang tertentu.
            “He, Cing jangan dihancurkan kendi itu, nanti kesurupan kamu” kata salah satu temanku ke Cak Cing atau Nur Sulikhin
            “Gak peduli” kata Cak Cing
            Setiap ada tempat – tempat sesaji pasti dihancurkan oleh teman – teman terutama si Cak cing. Sambil mengangkat tempat sesaji kemudian melempar ke atas dan menendangnya, tindakan Cak Cing membuat mentalku semakin tebal aku mulai ikut aksi mereka di makam ini, sementara kulihat Toler yang sedang asik mengambil buah sirikaya yang sudah matang, dengan tinggi badanya yang hampir dua meter membuatnya dengan mudah mengambil buah sirikaya yang berada di ranting – ranting atas, sementara Roghib lebih konyol lagi dia mengambil tempat nama yang bisa di copot disalah satu makam dan menggantinya dengan nama Toler.
            “He, ga dihapus” bentak Toler yang kebetulan tau aksi Roghib
            “Hahahahaha……..” semua teman – teman yang tau tertawa terbahak bahak
            “Sudahlah bagus Ler” kata Roghib yang merayu Toler
            “Bagus apanya, hapus” suruh Toler
            Roghib segera menghapus tulisan itu, setelah lumayan lama kita bermain – main di makam, bel berbunyi tanda masuk sekolah. Kami berlari dan segera masuk sekolah karena takut ketahuan guru, sementara Toler yang membawa sepeda ontelnya untuk masuk makam tadi keluar dengan terburu – buru sampai – sampai dia menabrak patok kuburan atau pembatas makam seseorang yang sudah keropos dimakan umur sampai roboh, Toler kemudian membangunkan patok tersebut.
            “Maaf ya mbah” kata Toler yang agak takut
            Di kelas kami ngos – ngosan, tapi hari ini tak perlu kawatir akan kelaparan, uang jajan kami hari ini bakalan utuh, berkat usaha Toler kami mendapatkan satu tas buah sirikaya yang bakal kami makan bersama – sama. Kelakuan anak – anak gila ini membuat heran penduduk sekitar yang tau, sepertinya tak takut dengan maut. Kami tau tempat itu adalah tempat angker, bukan membuat kami takut tapi justru membuat kami semakin kuat untuk mencobanya.
            Pulang sekolah dengan canda tawa, berjalan ke arah utara kurang lebih 100 meter, tepatnya di perempatan kami bertemu dengan sesaji yang baru dipasang, semua lengkap, Toler yang tau segera menghampiri dan dia membuka tempat sesaji itu dan sambil memilih – milih benda yang ada ditempat sesaji itu, layaknya danyang atau penunggu perempatan itu.
            “He, Tomi apa yang kamu lakukan?” Tanya salah satu teman perempuan kami
            “Sudahlah diam saja” kata Toler
            Setelah dia membuka – buka sesaji itu akhirnya dia menemukan yang dia cari, dia mengambil uang dan telur mentah yang ada disitu.
            “Lumayan buat jajan” kata Toler
            Setelah Toler pergi dari sesaji dari belakang gerombolanku bersama dengan Cak Cing mengacak – acak sesaji itu dan menendang tempatnya hingga hancur.
            Beberapa hari setelah kejadian itu aku, Roghib dan Gandul berencana memancing, kami akan memancing dibawah jembatan desa Tergambang yang konon katanya jembatan ini juga angker, tapi kami tak peduli kami tetap mancing disitu, rasa penasaran tentang angkernya jembatan Tergambang ini membuatku untuk menjelajahi tempat ini, aku berjalan ke timur mengikuti aliran air ini kira – kira 50 meter, tak kusangka aku melihat ada kubangan seperti danau di tengah – tengah sungai ini, dengan samping kanan – kiriku yang penuh dengan pepohonan yang besar dan lebat membuatku ketakutan dan segera aku kembali.
            Hari berikutnya aku dan Roghib akan pergi memancing lagi di bawah jembatan desa Boncong yang berada di sebelah timur desa kami. Gandol tak mau ikut mungkin takut karena disini lebih angker dari di jembatan Tergambang, jembatan yang berada dijalan raya ini kelihatan biasa – biasa saja tapi banyak kejadian aneh yang ada disini, jarak jembatan Boncong ini dengan rumah penduduk kira – kira 100 meter, dan yang bikin takut adalah jembatan ini di dampingi dua makam yang berada di sebelah utara dan selatan jalan raya yang jarang dijamah manusia.
            Walau ceritanya menakutkan tapi aku dan Roghib tetap berangkat. Kami berangkat naik sepeda ontel dengan perjalanan kurang lebih 15 menit perjalanan dari rumah, sampai di jembatan kami aku langsung turun bersama dengan Roghib, tak lupa sepeda kami juga kami bawa turun.
            Air yang menggenang dan ikan – ikan yang berlompatan seakan tak pantas jika tempat ini adalah tempat angker yang ditakuti penduduk sekitar, tapi ketika kami mendengar suara diatas kami, suara mobil – mobil yang lewat menggetarkan hatiku dan merubah pendapatku kalau jembatan ini memang pantas jika ditakuti keangkeranya. Aku membayangkan jika jembatan ini ambrol, kami pasti akan mati tertimpa bangunan – bangunan diatas kami.
            Kami tau angker identik dengan maut tapi bagiku maut tak seharusnya untuk ditakuti, berkat teman – teman gilaku yang setiap istirahat bermain – main di makam membuat penduduk sekitar tak takut lagi dengan keangkeran makam yang berada disebelah sekolahku, bahkan sekarang Toler ada saingannya saat mengambil        buah – buahan terutama buah Sirikaya, penduduk sekitar aku lihat sudah mulai berani mengambil buah Sirikaya yang ada di kuburan, tapi aku tetap menjagokan temanku Toler yang tingginya tak ada yang nandingi di desaku.
            Kami hanya ingin menunjukkan kalau tak perlu untuk ditakuti, takut atau tidak takut kita tetap akan menghadapinya. Kami adalah anak – anak gila, gila untuk menantang maut.