Template by:
Free Blog Templates

Wednesday, June 18, 2014

KURIKULUM ALAM



Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau, dengan populasi sekitar sebesar 260 juta jiwa pada tahun 2013, yang menempatkannya sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Penduduk terbanyak Indonesia berada di pulau jawa, pulau yang paling berkembang diantara pulau-pulaunya yang lain.

Pendidikan di Pulau Jawa bisa dibilang pendidikan yang paling maju di Indonesia, perkembangannya sangat pesat seperti yang saya rasakan di Desa Bulu tempat saya dilahirkan dan berkembang, awalnya sempat saya puja sistem pendidikan yang di jalankan pemerintah tapi lambat laun saya menyadari bahwa selama ini yang saya pelajari bukan budaya jawa, bukan pembelajaran jawa melainkan budaya barat yang dikembangkan lewat sebuah kurikulum pembelajaran sekolah.

Alam sedikit membuka mata saya, dimana saya harus bercengkrama dengan orang-orang pedalaman, dimana saya harus mengatur tata cara berhadapan dengan orang-orang pedalaman, dimana saya harus belajar bersosialisasi dengan sopan bersama orang-orang pedalaman, dimana saya harus bersikap sopan dengan orang yang beda agama, dimana saya harus belajar mencintai apa yang ada disekitar saya dan dimana saya harus tetap berinteraksi dengan mahluk ciptaan Tuhan, baik itu hewan, tumbuhan, Jin dan manusia. Interaksi-interaksi seperti itu tak saya temukan di desa tempat saya tinggal, apalagi di sekolah di zaman sekarang.

Tengok sedikit tentang Sekolah Dasar. Sekolah Dasar di Jawa hampir keseluruhan menyisihkan mata pelajaran Bahasa Jawa, murid-murid lebih terpaku untuk di gembleng belajar Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, sementara Bahasa Jawa tersisihkan, padahal Bahasa Jawa adalah pelajaran yang mengatur tata cara berbicara dengan seseorang yang kedudukannya lebih tinggi, kalau dibandingkan dengan Bahasa Indonesia gak ada apa-apanya. Bayangakan saja anak kecil yang baru berusia 3 tahun sudah mahir Bahasa Indonesia tapi kalau Bahasa Jawa? Sampai besarpun masih langkah, bahkan kepala saya pernah di tempeleng oleh seorang guru gara-gara saya ngomong dengan Bahasa Jawa (Krama), tapi kenapa bahasa tersebut harus disisihkan?. Nasib serupa juga di alami oleh pelajaran Pendidikan Kwarganegaraan, pelajaran satu ini juga tersisihkan padahal pelajaran ini adalah pelajaran sosialisasi dasar yang mengatur sikap kita kepada orang lain, sikap kita kepada orang yang beda agama, sikap kita kepada orang yang beda suku, tapi sayang Pendidikan Kwarganegaraan sekarang terkucilkan.

Anak-anak sekarang terutama anak Sekolah Dasar lebih ditekankan untuk belajar Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris dan itu semua bertujuan supaya mereka lulus ujian nasional dan bisa meningkatkan akreditasi sekolah, jika ada sebuah pilihan, beberapa orang murid lulus ujian dan bisa mengangkat akreditasi sekolah tapi tak memiliki tata krama antar sesama dengan beberapa orang murid tak lulus ujian dan tak bisa mengangkat akreditasi sekolah tapi memiliki tata krama yang baik antar sesama. Kira-kira para pengajar pilih yang mana, jika memilih yang pertama maka bersiaplah negeri ini untuk bermetamorfosis menjadi negeri baru yang meninggalkan warisan-warisan leluhurnya.

Selain pelajaran sehari-hari yang mempengaruhi perkembangan budaya barat di Indonesia, pelajaran di luar sekolah juga ikut andil dalam perkembangan budaya barat di Indonesia, dan inilah pengaruh terbesar. Anak-anak kecil sekarang lebih memilih Playstation dari pada bermain Gundu (Kelereng) atau Lompat Karet, lebih memilih bermain Internet dari pada main Gasing.

Alam adalah sumber dari segala ilmu yang ada di dunia ini, master dari segalanya, dan seharusnya dari dini manusia dibekali dengan pendekatan terhadap alam semesta, agar mereka bisa lebih saling menghargai sesama mahluk ciptaan Tuhan. Hisyam Noer, 18 Juni 2014