Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466
pulau, dengan populasi sekitar sebesar 260 juta jiwa pada tahun 2013, yang
menempatkannya sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara
yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Penduduk terbanyak Indonesia berada di pulau jawa, pulau yang paling berkembang
diantara pulau-pulaunya yang lain.
Pendidikan di Pulau Jawa bisa dibilang
pendidikan yang paling maju di Indonesia, perkembangannya sangat pesat seperti
yang saya rasakan di Desa Bulu tempat saya dilahirkan dan berkembang, awalnya
sempat saya puja sistem pendidikan yang di jalankan pemerintah tapi lambat laun
saya menyadari bahwa selama ini yang saya pelajari bukan budaya jawa, bukan
pembelajaran jawa melainkan budaya barat yang dikembangkan lewat sebuah
kurikulum pembelajaran sekolah.
Alam sedikit membuka mata saya, dimana saya
harus bercengkrama dengan orang-orang pedalaman, dimana saya harus mengatur
tata cara berhadapan dengan orang-orang pedalaman, dimana saya harus belajar
bersosialisasi dengan sopan bersama orang-orang pedalaman, dimana saya harus
bersikap sopan dengan orang yang beda agama, dimana saya harus belajar
mencintai apa yang ada disekitar saya dan dimana saya harus tetap berinteraksi
dengan mahluk ciptaan Tuhan, baik itu hewan, tumbuhan, Jin dan manusia.
Interaksi-interaksi seperti itu tak saya temukan di desa tempat saya tinggal,
apalagi di sekolah di zaman sekarang.
Tengok sedikit tentang Sekolah Dasar. Sekolah
Dasar di Jawa hampir keseluruhan menyisihkan mata pelajaran Bahasa Jawa,
murid-murid lebih terpaku untuk di gembleng belajar Matematika, Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris, sementara Bahasa Jawa tersisihkan, padahal Bahasa
Jawa adalah pelajaran yang mengatur tata cara berbicara dengan seseorang yang
kedudukannya lebih tinggi, kalau dibandingkan dengan Bahasa Indonesia gak ada
apa-apanya. Bayangakan saja anak kecil yang baru berusia 3 tahun sudah mahir
Bahasa Indonesia tapi kalau Bahasa Jawa? Sampai besarpun masih langkah, bahkan
kepala saya pernah di tempeleng oleh seorang guru gara-gara saya ngomong dengan
Bahasa Jawa (Krama), tapi kenapa bahasa tersebut harus disisihkan?. Nasib
serupa juga di alami oleh pelajaran Pendidikan Kwarganegaraan, pelajaran satu
ini juga tersisihkan padahal pelajaran ini adalah pelajaran sosialisasi dasar
yang mengatur sikap kita kepada orang lain, sikap kita kepada orang yang beda
agama, sikap kita kepada orang yang beda suku, tapi sayang Pendidikan
Kwarganegaraan sekarang terkucilkan.
Anak-anak sekarang terutama anak Sekolah
Dasar lebih ditekankan untuk belajar Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa
Inggris dan itu semua bertujuan supaya mereka lulus ujian nasional dan bisa
meningkatkan akreditasi sekolah, jika ada sebuah pilihan, beberapa orang murid
lulus ujian dan bisa mengangkat akreditasi sekolah tapi tak memiliki tata krama
antar sesama dengan beberapa orang murid tak lulus ujian dan tak bisa
mengangkat akreditasi sekolah tapi memiliki tata krama yang baik antar sesama.
Kira-kira para pengajar pilih yang mana, jika memilih yang pertama maka
bersiaplah negeri ini untuk bermetamorfosis menjadi negeri baru yang meninggalkan
warisan-warisan leluhurnya.
Selain pelajaran sehari-hari yang
mempengaruhi perkembangan budaya barat di Indonesia, pelajaran di luar sekolah
juga ikut andil dalam perkembangan budaya barat di Indonesia, dan inilah
pengaruh terbesar. Anak-anak kecil sekarang lebih memilih Playstation dari pada
bermain Gundu (Kelereng) atau Lompat Karet, lebih memilih bermain Internet
dari pada main Gasing.
Alam adalah sumber dari segala ilmu yang ada
di dunia ini, master dari segalanya, dan seharusnya dari dini manusia dibekali
dengan pendekatan terhadap alam semesta, agar mereka bisa lebih saling
menghargai sesama mahluk ciptaan Tuhan. Hisyam Noer, 18 Juni 2014