Template by:
Free Blog Templates

Thursday, January 24, 2013

NDOMCL seperti Menyelam dalam AIR LAUT

Buku kecil dengan panjang sekitar 15 cm dan lebar sekitar 10 cm meter dan berjudul Nabi Drop-Out Mahasiswa Cumlaude ini termasuk buku yang menarik untuk di baca, pemuda berusia 22 tahun yang bernama Nur Hadi dari desa Bulu Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban ini meringkas catatannya, kesehariannya menjadi sebuah buku dengan bahasa yang ringan, dan mudah di mengerti.

Banyak yang mengatakan gaya bahasa buku ini hampir mirip dengan buku milik Emha Ainun Najib, tak di pungkiri penulis muda ini adalah salah satu fans Emha Ainun Najib, refrensinya pun banyak ia dapat dari buku-buku milik budayawan Emha Ainun Najib. 

Meski sang guru spiritualnya mengatakan "Kamu Belum berkarya" tapi bagiku membaca buku ini ibarat menyelam dalam air laut, jika cuma membaca di awal-awal halaman saja atau cuma sekedar membaca sama saja dengan mandi di tepian air laut, dimana air itu masih terasa sangat asin dan pedih jika terkena mata, airnya pun terasa agak lengket dan tak begitu segar, sama seperti buku ini awalnya mungkin kita berfikir kurang ajar, menyangkut pautkan antara Tuhan, Dosen dan Nabi dalam satu percakapan yang mungkin dianggap konyol, tapi kalau pembaca cuma berhenti di situ maka mereka tak akan pernah tau keunikan dari air laut atau keunikan dari buku Nabi Drop-Out Mahasiswa Cumlaude ini.

Kalau disuruh menjabarkan mungkin tak akan ada habisnya. "Semakin kedalam kau menyelami air laut, maka semakin kau tak akan merasakan asin dan rasa pedih di mata, justru kau akan mendapatkan rasa yang sangat segar tanpa kau kira" itulah ungkapan yang aku sematkan untuk buku ini, semakin kau memahami tentang buku ini semakin kau akan temukan pencerahan yang luar biasa, tapi kalau cuma sekedar membaca maka selamanya akan berpendapat kalau air laut itu sangat asin dan pedih di mata. EnHa

Sunday, January 13, 2013

RASAN-RASAN MALAIKAT



Malam itu, lebih tepatnya pada tanggal 5 Januari 2013 sekitar jam 21.30 Wib, terdengar suara keras dari sebuah masjid, suara khas yang terdengar keras itu milik Mang Juki, yang baru beberapa bulan kemarin mengakiri masa lajangnya di usia sekitar 40 tahun. Semua sudah bisa menebak, kalau suara Mang Juki menggema itu ada dua kemungkinan, yang pertama kalau tidak waktu adzan berarti pengumuman orang meninggal.

Dan di waktu itu tak mungkin adzan berkumandang, pengumuman orang meninggal pun menggema, salah satu dari penduduk desa ada yang sudah di jemput malaikat Izroil.

"He.. diam, enek seng payu" kata Omen yang sedang cangkruk dengan kawan-kawnnya di warnet dekat rumahnya

"Innalillahi Wa Innailaihi roji'un, Kulo umumaken dumateng masyarakat Banjarjo lan sekitaripun, khususipun dumateng sanak famili, bilih sak meniko, Mbah Sahid Mantan Jogoboyo, keluarganipun Ustadz Zainal Arifin sampun tilar donyo"

"Mbah sahid siapa?" nyeletup Omen
"Bapak Pak Zaenal gitu kok" kata Mari
"Sebentar tak lihate" Omen melihat rumah Mbah Sahid yang kebetulan berada di sebelah selatan Warnet
"Iya bener rame" kata Omen lagi
"Tapi tenang, coba seperti di tempat saya pasti sudah pada menangis" sahut Mari lagi
Tak ada angin dan tak ada yang mengundang tiba-tiba Semprul angkat bicara dari dalam warnet.

"He Men, yen siro di takoi malaikat loro jawab seng tegas, ojo minder" kata Semprul tiba-tiba
"Hahahaha" semua yang mendengar tertawa

Tak lama berselang tiba-tiba Jayadi lewat

"He Di, yen siro di takoi malaikat loro jawab seng tegas, ojo minder" kata Mari yang menirukan Semprul
"Aku sudah siapkan contekan" kata Jayadi
"Ya kalau di tanya, kalau gak di tanya terus kamu mau apa, opo koen ga linga lingo" Kata Omen
"Hahaha, iya betul kalau kamu gak di tanya, apa kamu gak bingung" tambah Mari

Jayadi cuma bisa cengar-cengir.

"Kalau kamu di skorsing sama malaikat, terus mau bagaimana lagi, malaikate mutung emoh nakoi awakmu, contekanmu sia-sia" Kata Omen lagi
"Hahahaha" Tawa Mari makin keras
"Sudah-sudah, perut saya kaku, ayo pulang sudah malam" Kata Omen
"Men, kamu gak ikut mele'an di rumah Mbah Sahid?" tanya Jayadi
"halah mataku saja sudah ngantuk, lagian aku ikut mele'an Mbah sahid juga ga bakal melek, aku arep muleh, arep turu" [...] Cumpon