Template by:
Free Blog Templates

Monday, June 25, 2012

NGACENG

Masa lalu boleh najis tapi masa depan tetap suci ~ Kang Dol
Masa lalu boleh lembek tapi masa depan tetap ngaceng ~ Omen

Ngaceng, mungkin semua terasa asing dengan bahasa yang satu ini, tapi tidak bagi anak Jawa Timur, buat anak bulu bahasa ini sudah sangat akrab dalam pikiran, tapi kebanyakan tak berani menggembor-gemborkan bahasa ini, kebanyakan menilai bahasa ini Saru (Kasar dan Keliru) kotor dan jijik, jadi tak pantas untuk di ucapkan, kalau orang Bulu bilang itu bahasa Delomor, Delodok, Kurang Ajar.

Berbeda dengan Omen bahasa yang satu ini sudah menjadi mainan sehari-hari, sudah menjadi bumbu disetiap ucapannya, pernah Omen mengirimkan pesan SMS ke teman cewek SMAnya yang berisi.

"Masa lalu boleh lembek tapi masa depan tetap ngaceng" kata Omen
"He, Omonganmu kurang ajar" Balas temannya

Omen tak membalas SMS temannya tadi tapi Omen bergumam sendiri.

"Aku yang kurang ajar atau mereka yang tak pernah diajarkan mengartikan kata-kata" kata Omen

Suatu hari ketika Omen lagi asik main jejaring sosial facebook, kebetulan waktu itu sedang ditemani Mas pandi. Omen cengingisan usai mengomentari status temannya yang isinya masalah nikah, dan isi komen tersebut seperti ini.

"Kalau sudah ngaceng dengan benar, monggo kalau mau menikah tapi kalau belum bisa ngaceng dengan benar, ojo kessu" kata Omen
"Wong kok nek komen isine Ngocang-ngaceng ae" sahut Mas Pandi dengan tiba-tiba
"Gak apa-apa kan?"
"Yo gak apa, tapi saru, bahsamu delodok" kata Mas pandi
"Tergantung yang ngartikan, Kalau yang mengartikan pikirannya berbau cabul, ya cabul nantinya, kalau yang ngartikan delodok ya delodok nantinya" Bantah Omen
"Tapi umumnya kan begitu"bantah Mas pandi
"Yang umum belum tentu yang bener"
"Kalau menurut kamu kata-kata itu gimana Men?"
"Ngaceng dalam pengartianku sendiri itu berarti tegak, siap, tegas dan berani, jadi komentarku itu berarti kalau sudah siap jiwa raga, monggo nikah tapi kalau belum siap coba dipikir lagi" jelas Omen
"Oh begitu to, la kalau kamu ditawari untuk nikah saat ini gimana jawabmu?" kata Mas Pandi
"Aku belum bisa ngaceng dengan benar, masih bengkong" jawab Omen
"Kwkwkwk... ada ada saja kamu" Kata Mas Pandi
"Jadi jangan langsung menilai itu cabul, jangan langsung menilai itu porno atau jangan menilai itu jelek, jangan mentang-mentang umumnya baik, terus dinilai baik, begitu juga sebaliknya" kata Omen lagi
"Tapi Umumnya kan begitu Men" Bantah Mas Pandi
"Ikan Kambing itu umumnya enak, buktinya disaat Idul Qurban banyak yang nyate kambing tapi ada juga yang ngrasakan tidak enak yakni bagi penderita darah tinggi" Jelas Omen
"Wah berarti kamu sama kayak penderita darah tinggi itu, kamu penyakiten"
"Eh.. jangan salah, kalau semua mengartikan delodokdelomor, kotor, berarti aku kebalikan dari itu, berarti otak ku bersih dan sehat"
"Wah koen ngece aku Men?"
"Hahahaha..." [...] Cumpon

Thursday, June 14, 2012

Sapaan Akrab Para Sahabat




            Manusia dilahirkan di dunia dengan nama yang melekat seumur hidupnya. Nama itulah yang membedakan antara yang satu denga yang lain, walau kadang ada yang namanya sama, kesamaan itu biasanya terdapat pada sapaanya tapi bukan dinama lengkapnya.
            Unik adalah sesuatu yang aku cari dalam hidupku karena unik berarti langkah dan langkah berarti mewah atau megah. Bangku kelas IX sudah tak terasa kami singgahi dalam proses pembelajaran, tak aku duga di kelas IX kami kedatangan satu murid baru tapi berwajah lama bagiku, anak pindahan dari Solo, dia teman SD aku dulu, si raja jail itu julukan yang aku berikan waktu SD. Dialah Muhlisin atau lebih terkenalnya disapa dengan Blawus.
            Ada suatu keunikan dalam sapaan di kelas kami, Nur Sulikhin atau sering di panggil cak cing, Solikin atau dipanggil Gandol yang berarti bergelantungan, Batomi atau Toler julukan ini diberikan karena Batomi bertubuh tinggi yang hampir 2 meter, panjangnya diisyaratkan seperti layaknya ikan Toler yang panjang, Budi atau Gonggo anak ini berkepala agak besar sehingga sering disamakan dengan hewan yang bernama Gonggo, hewan berkepala besar berkaki seribu yang apabila disentuh akan melingkar seperti hewan Tergiling, Dwi atau pendek sapaan ini diberikan karena dia memang bertubuh pendek, Nur Udin yang sering disapa Brodin, sebutan ini diberikan karena dia hobi banget dengan lagu dangdut dan namanyapun hampir mirip dengan Brodin, Muhlisin anak baru yang masuk ini sering disapa dengan sebutan Blawus, yang berarti tidak pernah mandi sebutan ini diberikan karena anaknya yang berkulit hitam jadi beberapa kalipun mandi ya tetap seperti itu anaknya, tapi kadang dia juga jarang mandi jika berangkat sekolah, Bayu atau si Blonceng, kepalanya yang agak lonjong yang mirip dengan buah Blonceng lah yang membuat dia mendapatkan gelar itu. Semetara aku teman – teman sering memanggilku Cumpon yang berarti sedikit.
            Begini awal mula ceritanya, ini semua terjadi gara – gara kelereng dan temanku si Gandol, tepatnya di Balai Desa Banjarjo, sepulang sekolah, sehabis makan siang aku membuka lemariku, bukan untuk mengambil pakaian atau sepatuku tapi untuk mengambil kelerengku, permainan ini biasa aku lakukan sepulang sekolah bersama teman – temanku. Aku keluar rumah berlari menuju Balai Desa, di Balai Desa Gandol dan teman – teman sudah menunggu.
            “Ayo main” kataku
            “Lama sekali kau” sahut salah satu temanku
            “Maaf” jawabku lagi
            Permainan dimulai, aku melihat kelereng yang dibawa teman – temanku banyak sekali ada yang membawa satu botol Aqua, ada juga yang membawa 20 butir. Sementara aku cuma membawa 5 butir, sudah begitu setiap aku kalah dengan teman akrabku seperti Gandol dan disuruh bayar kadang aku minta bonus.
            “Hai Nur kau kena, ayo bayar” kata Gandol
            “Bonuslah” jawabku dengan santai
            “Apaan itu bonus, kalau begini caranya kapan aku menang” sahut Gandol
            “Bonuslah kawan punyaku cuma sedikit” aku mejelaskan sambil merayu Gandol
            “Kamu bawa kelereng berapa?” tanya Gandol
            “5 butir” dengan enteng aku menjawab
            “Apaan itu 5 butir, dasar Cumpon” kata Gandol kepadaku
            Aku hanya tersenyum malu, tapi Gandol terus mengataiku.
            “Cumpon, Cumpon, jangan main dengan Nur dia cuma bawa kelereng sedikit, dasar  Cumpon” Teriak Gandol ke teman - teman.

            Dari situlah julukan itu melekat dalam tubuh ini. Nama yang unik, bagiku itu sebutan yang menarik, gelar yang indah diberikan Gandol kepadaku. Keunikan nama – nama yang kami sandang ini tidak membuat kami untuk saling mencaci atau saling bermusuhan satu sama lain tapi justru membuat kami saling akrab satu sama lain. Gelar – gelar konyol yang melekat dalam diri kami ini adalah simbol persahabatan kami.