Template by:
Free Blog Templates

Wednesday, January 7, 2015

Mengatasi “The Ink Absorber Is Almost Full” pada Canon Pixma 1980

Ada yang masih pakai Printer Canon Pixma Ip1980??, memang sih ini printer tergolong printer lama dan tidak terlalu tenar tapi bandel juga kok, di tempat kerjaku aku masih menggunakannya malah ada dua.

Kemarin waktu dapat proyek pembuatan dokumen desa se-kecamatan aku sempat bingung, pasalnya printer ini mogok, padahal hasilnya lumayan loh proyek ini, bisa buat biaya jelajah dua gunung jawa lah.. hehehe..

Ketika aku coba untuk ngeprint ternyata di situ ada gambar seperti tinta yang tumpah dan ada keterangan tulisan di paling atas “The Ink Absorber Is Almost Full. Tak taulah apa itu artinya yang aku tau cuma kata Ink yang berarti tinta dan Full yang berarti penuh, jadi saya simpulkan mungkin tintanya terlalu penuh, coba saya sedot pakai suntikan tinta, tapi sama saja hasilnya.

Udah pusing bikin dokumen, dikejar deadline, printer macet pula, pakai software resetter juga gak bisa, pusinglah pokoknya, brosing-brosing bentar eh emang Tuhan maha penolong kapan saja, ketemu deh caranya dan inilah caranya :

1. Nyalakan printer
2. Dalam kondisi ON tekan tombol POWER jangan sampai dilepas
3. Cabut kabel Power, jari masih tetap menekan tombol POWER
4. Colokan kembali kabel Power dan jari masih tetap menekan tombol POWER
5. Setelah kabel tertancap lepas tombol POWER dan Printer akan berada dalam kondisi OFF
6. Nyalakan Printer dan coba gunakan

Dan akhirnya printer saya bisa kembali bekerja.

~Good Luck~

Saturday, January 3, 2015

KEGIATAN ALAM ISI LIBUR TAHUN BARU



Selamatkan Alamku, Selamatkan Desaku
            Menjelang pergantian tahun tiba berbagai macam kegiatan mulai dilakukan, apalagi bersamaan dengan libur sekolah. Di tempat tinggalku misalnya, tepatnya di Desa Bulu Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Jawa Timur. Disini berbagai macam kegiatan mulai dilakukan oleh para pelajar untuk mengisi hari libur, ada yang melakukan kegiatan alam seperti perkemahan atau jelajah alam tapi ada pula yang mengadakan kegiatan rekreasi di tempat-tempat wisata buatan. Khusus untuk kegiatan alam di desaku mulai berkembang pesat, contohnya berkemah, jelajah alam bahkan pendakian gunung.
            Di tahun 2013 kemarin tepatnya ketika pergantian tahun dari 2013 ke 2014 garfik perkembangan kegiatan alam mulai menunjukkan kenaikan terutama di desa saya. Di tempat lain ternyata kegiatan serupa juga naik drastis, khususnya kegiatan pendakian gunung.
            Ketika pergantian tahun 2013 ke 2014, saya bersama 17 kawan dari desa mencoba berkunjung ke salah satu Taman Nasional Indonesia yang ada di daerah Lumajang, tepatnya di Gunung Semeru. Ribuan pendaki berkumpul disini, mulai dari pendaki asal Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta bahkan ada yang dari Banjarmasin.
            Bersosialisai bersama mereka merupakan suatu kehormatan tersendiri, ketika saya tanya, rata-rata mereka bosan mengisi hari libur mereka dengan berkunjung ke tempat wisata buatan yang juga mahal tiketnya. Di Gunung Semeru kala itu harga tiket masuk hanya Rp. 10.000,- / orang, dengan biaya yang relatif murah kita di sajikan hamparan ornamen-ornamen murni (bukan buatan manusia) dengan begitu indahnya, bukit-bukit yang berjajar dengan hijaunya sabana rumput yang membentang luas ditambah dengan kecantikan Ranu Pani, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo, kesempurnaan alam Gunung Semeru bertambah lengkap kala taman Pohon Lafender dan Adelweis yang mulai mekar dan apabila kita sampai puncak ada kawanan negri di atas awan sebagai bonus sebagai tanda kebesaran Tuhan.
            Di pergantian tahun 2014 ke 2015 saya kembali mengamati kegiatan para pelajar di desa saya, kali ini kegiatan mereka masih sama seperti tahun kemarin, kegiatan alam mereka masih eksis bahkan mulai berkembang dari tahun kemarin, mulai dari berkemah, jelajah alam dan ada pula yang melakukan jalan sehat.
            Pergantian tahun kali ini saya kembali melakukan pendakian gunung, pada 21 Desember 2014 dengan ke empat teman saya, kami berangkat mengunjungi Gunung Sumbing meski momennya tidak tepat pada tahun baru tapi kegiatan pendakian sudah mulai rame untuk mengisi hari libur sekolah.
            Gunung Sumbing Wonosobo adalah gunung yang memiliki tekstur tanah yang berbeda dengan Gunung Semeru yang saya kunjungi tahun lalu, meski gunung ini terbilang gunung yang memiliki medan yang berat dan terjal tapi tak menyurutkan pengunjung untuk menikmati ke-eksotisan alam yang ada disini, apalagi dengan penampakan Gunung Sindoro yang berada tepat disebelah Gunung Sumbing, di tambah lagi tiket masuk yang relatif murah, cukup dengan merogoh kocek sebesar Rp. 6.000,- / orang kita sudah di suguhkan suasana alam yang hijau, segar dan indah.
            Sepulang dari Gunung Sumbing, di desa makin ramai dengan kabar pendakian, rata-rata mereka mengincar momen tahun baru dengan berbagai macam tujuan, ada yang ingin menikmati keindahan Gunung Perahu, ada yang mencoba berpetualang di Gunung Ciremai, bahkan ada yang membawa bendera desa sampai ke Gunung Rinjani, dan untuk para pelajar khususnya pelajar di tingkat SMP dan SMA mereka lebih senang menikmati alam bebas di pegunungan Lasem Jawa Tengah.
            Maraknya kegiatan alam khususnya pendakian ini membuktikan mereka sudah mulai bosan dengan kebisingan yang terjadi di tempat mereka, mereka lebih memilih menikmati alam bebas daripada menuju tempat rekreasi buatan manusia yang tiket masuknya jauh lebih mahal.
            Kegiatan alam ini perlu dukungan pemerintah, mengingat alam Indonesia yang mulai rusak baik oleh pembangunan maupun oleh ulah tangan yang tidak bertanggung jawab dan akibatnya banyak bencana alam yang terjadi, kita harus tanamkan kesadaran alam dari dini, mengajari anak-anak akan pentingnya merawat alam. Berbagai macam kegiatan alam dapat dilakukan dari dini, mulai dari membersihkan sampah, tanam pohon, berkemah sampai jelajah alam. Tujuannya bukan hanya mendidik anak tentang pentingnya alam tapi juga mengajari anak untuk peduli dengan sekitar dan melatih kemandirian. (Nur Hisyam)