Masih ingat film Pendakian Gunung
Semeru, yang sempat ngetop pada tahun 2012-2013 kemarin. Ya film 5cm, film ini
sempat menjadi virus sebagian besar masyarakat indoneisia khususnya para pemuda
dalam melakukan pendakian, semangat yang ditunjukan dalam film ini patut di
akui jempol, sampai-sampai anak SD yang baru melihatnya saja ingin menjadi
seorang pendaki dadakan.
Aku termasuk salah satu korban
dalam semangat yang ditunjukkan film tersebut, tapi sebelum film itu muncul,
aku sudah menjadi seorang pendaki meski hanya sebuah pegunungan kecil setinggi
jari kelingking jika di lihat dari tempat tinggalku.
Akhir 2013 kemarin, aku bersama
sahabat-sahabatku mencoba mengunjungi gunung tertinggi sejawa, yang mana itu
adalah tempat Film 5cm dibuat, panorama yang sangat indah dan di suguhi Ranu
Kumbolo yang membentang hijau seluas kurang lebih 15 hektar, dimana orang-orang
biasa menyebut itu adalah surganya Mahameru, usai tahlukan puncaknya dengan
ketinggian 3.676mdpl aku tak berhenti untuk mendaki, semangat justru muncul
membara, aku ingin jelajahi pegunungan yang ada di tanah jawa.
Pertengahan tahun 2014, kakiku
kembali melangkah dan kali ini Gunung jawa tengah yang jadi sasarannya. Ya,
Gunung Merbabu, bagiku ini adalah gunung dengan panorama paling indah, jika
dibandingkan dengan Mahameru, gunung ini mendapat nilai lebih dalam diri saya. Jika
Mahameru memiliki Ranu Kumbolo dan Negri di atas awan yang menjadi mascot, maka
Merbabu memiliki keindahan Tebing dengan Sabana hijau membentang luas yang
penuh dengan Adelweis, ada pemandangan indah Gunung Tripel S (Sumbing, Sindoro,
Slamet), sementara di depan mata tersaji begitu besar dan kokohnya Gunung
Merapi, aku juga bisa melihat luasnya kota yang ada di sekitar Gunung Merbabu.
Keasikan melangkah di
gunung-gunung besar, aku hampir lupa dengan pegunungan yang memiliki tinggi
806mdpl yang berada di dekat daerahku, itu adalah Pegunungan Argopuro Lasem,
disitulah pertama kali aku mendaki, meski Cuma seujung jari kelingking tapi
medan yang di lalui tak kalah berat dengan Gunung Semeru maupun Gunung Merbabu
yang pernah aku daki.
H+4 usai hari raya idul fitri
1435 H kemarin, aku bersama beberapa anak alumni seangkatanku ketika masih di
dunia sekolah dulu bertekat untuk mengunjungi kembali Pegunungan Argopuro, bagi
saya dan kawan-kawan alumni sekolah saya, Pegunungan Argopuro Lasem ini adalah tempat
kami dilahirkan sebagai Mountaineering.
12 anak mendaki dengan penuh
semangat, kulihat SS (pos pertama) masih tetap asri dengan air yang mengalir
deras dari air terjun mini, perjalan terus dilakukan hingga akirnya kami sampai
puncak sore hari dan memutuskan mendirikan tenda dan bermalam di puncak. Pagi tiba
, saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa akan mengibarkan bendera merah
putih di puncak meski hanya 806mdpl. Kebahagian ini berbeda dengan kebahagiaan
yang saya rasakan ketika mendaki gunung-gunung besar, bersama kawan-kawan
alumni ini saya seperti telah terlahir kembali sebagai Mountaineering baru dan merasa lebih nyaman bersama mereka.
Saya bukan Mountaineering 5cm yang hanya mendaki Semeru kemudian berhenti
mendaki lagi, saya bukan Mountaineering
yang hanya mendaki gunung-gunung besar dan tak mau mendaki gunung-gunung kecil,
saya bukan Mountaineering yang hanya
mau mendaki bersama Mountaineering-Mountaineering
besar, saya akan mendaki Gunung manapun dan bersama siapapun meskipun pendaki
pemula jika Tuhan beri restunya. Salam
RImba. Hisyam Noer, untuk Agustus 2014