Template by:
Free Blog Templates

Tuesday, August 5, 2014

SAYA BUKAN MOUNTAINEERING 5cm



Masih ingat film Pendakian Gunung Semeru, yang sempat ngetop pada tahun 2012-2013 kemarin. Ya film 5cm, film ini sempat menjadi virus sebagian besar masyarakat indoneisia khususnya para pemuda dalam melakukan pendakian, semangat yang ditunjukan dalam film ini patut di akui jempol, sampai-sampai anak SD yang baru melihatnya saja ingin menjadi seorang pendaki dadakan.

Aku termasuk salah satu korban dalam semangat yang ditunjukkan film tersebut, tapi sebelum film itu muncul, aku sudah menjadi seorang pendaki meski hanya sebuah pegunungan kecil setinggi jari kelingking jika di lihat dari tempat tinggalku.

Akhir 2013 kemarin, aku bersama sahabat-sahabatku mencoba mengunjungi gunung tertinggi sejawa, yang mana itu adalah tempat Film 5cm dibuat, panorama yang sangat indah dan di suguhi Ranu Kumbolo yang membentang hijau seluas kurang lebih 15 hektar, dimana orang-orang biasa menyebut itu adalah surganya Mahameru, usai tahlukan puncaknya dengan ketinggian 3.676mdpl aku tak berhenti untuk mendaki, semangat justru muncul membara, aku ingin jelajahi pegunungan yang ada di tanah jawa.

Pertengahan tahun 2014, kakiku kembali melangkah dan kali ini Gunung jawa tengah yang jadi sasarannya. Ya, Gunung Merbabu, bagiku ini adalah gunung dengan panorama paling indah, jika dibandingkan dengan Mahameru, gunung ini mendapat nilai lebih dalam diri saya. Jika Mahameru memiliki Ranu Kumbolo dan Negri di atas awan yang menjadi mascot, maka Merbabu memiliki keindahan Tebing dengan Sabana hijau membentang luas yang penuh dengan Adelweis, ada pemandangan indah Gunung Tripel S (Sumbing, Sindoro, Slamet), sementara di depan mata tersaji begitu besar dan kokohnya Gunung Merapi, aku juga bisa melihat luasnya kota yang ada di sekitar Gunung Merbabu.

Keasikan melangkah di gunung-gunung besar, aku hampir lupa dengan pegunungan yang memiliki tinggi 806mdpl yang berada di dekat daerahku, itu adalah Pegunungan Argopuro Lasem, disitulah pertama kali aku mendaki, meski Cuma seujung jari kelingking tapi medan yang di lalui tak kalah berat dengan Gunung Semeru maupun Gunung Merbabu yang pernah aku daki.

H+4 usai hari raya idul fitri 1435 H kemarin, aku bersama beberapa anak alumni seangkatanku ketika masih di dunia sekolah dulu bertekat untuk mengunjungi kembali Pegunungan Argopuro, bagi saya dan kawan-kawan alumni sekolah saya, Pegunungan Argopuro Lasem ini adalah tempat kami dilahirkan sebagai Mountaineering.

12 anak mendaki dengan penuh semangat, kulihat SS (pos pertama) masih tetap asri dengan air yang mengalir deras dari air terjun mini, perjalan terus dilakukan hingga akirnya kami sampai puncak sore hari dan memutuskan mendirikan tenda dan bermalam di puncak. Pagi tiba , saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa akan mengibarkan bendera merah putih di puncak meski hanya 806mdpl. Kebahagian ini berbeda dengan kebahagiaan yang saya rasakan ketika mendaki gunung-gunung besar, bersama kawan-kawan alumni ini saya seperti telah terlahir kembali sebagai Mountaineering baru dan merasa lebih nyaman bersama mereka.



Saya bukan Mountaineering 5cm yang hanya mendaki Semeru kemudian berhenti mendaki lagi, saya bukan Mountaineering yang hanya mendaki gunung-gunung besar dan tak mau mendaki gunung-gunung kecil, saya bukan Mountaineering yang hanya mau mendaki bersama Mountaineering-Mountaineering besar, saya akan mendaki Gunung manapun dan bersama siapapun meskipun pendaki pemula jika Tuhan beri restunya. Salam RImba. Hisyam Noer, untuk Agustus 2014