Template by:
Free Blog Templates

Friday, November 9, 2012

DUNIA TANPA SEKOLAH


Jujur judul di atas aku ambil dari sebuah buku karangan M.Izza Ahsin, judul yang sangat menarik, sedikit kata tapi berpuluh misteri makna yang terdapat di dalamnya. Bicara soal pendidikan aku tak bisa menutupi perasaanku yang berpandangan miring tentang pendidikan yang ada di Indonesia.

Dari kecil aku terdidik dalam dunia sekolah selama 14 tahun, mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Atas, Usai SMA aku malas untuk meneruskan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pasalnya pendidikan di sekolah yang ada di Indonesia membatasiku untuk bertingkah, ketika aku akan masuk sebuah Universitas, aku terkendala dana. Dari situlah aku memutuskan untuk tidak melanjutkan ke dunia pendidikan yang lebih tinggi, dengan catatan aku tetap belajar meski tidak bersekolah dan itu aku lakukan salah satunya dengan membaca buku-buku yang menurutku berguna.

Itu sekilas tentang diriku. Bicara pendidkan di Indonesia, menurutku pendidikan di Indonesia itu Monoton atau bisa di bilang membosankan, lebih banyak murid-murid yang merasakan ingin segera pulang dibandingkan dengan murid-murid yang merasakan ingin tetap di sekolah, begitu ada peluang keluar dari sekolah mereka (murid-murid yang tidak betah disekolah) langsung kabur, seperti yang sering saya temui sendiri di desa saya, setiap jam istirahat tiba kebanyakan murid-murid pada berkeliaran, ada yang bermain di warung kopi, ada yang bermain di Pasar dan juga bermain di Warnet, dan ketika jam pelajaran akan dimulai lagi, mereka baru kembali ke Sekolah, itu salah satu bukti mereka tak begitu nyaman disekolah.

Menurut pemerintah pendidikan formal itu 9 tahun, tapi menurutku pendidikan formal itu tak hanya 9 tahun melainkan seumur hidup, cara Pemerintah mengajak anak-anak bersekolah itu sudah bagus, mulai dari bantuan untuk keluarga tidak mampu, beasiswa bagi anak berprestasi, begitu juga dengan acara televisi yang tokoh utamanya sudah banyak memuat tentang anak sekolah, tapi bukan berarti upaya pemerintah itu tak ada kelemahannya. Pertama dari bantuan dana, kalau bisa bantuan dana tersebut secara langsung disalurkan kepada anak-anak yang kurang mampu dan berprestasi jangan lewat perantara karena Indonesia sangat terkenal dengan budaya sunat menyunat dana. Sementara untuk acara televisi yang memuat anak sekolah itu sudah bagus cuma backgroundnya jangan menggunakan kaum kaya karena akan membawa pengaruh kepada penonton untuk mengikuti gaya yang ada dalam film tersebut, yang ada malah sekolah sambil beradu kemewahan.

Menoleh sedikit tentang sekolah alam, dimana sekolah itu proses belajar mengajarnya berada di alam bebas, sekolah seperti inilah yang menurutku cocok buat anak Indonesia, mereka bisa merasakan suatu suasna baru yang membuat mereka lebih rileks, dan nyaman. Sekolah yang tak hanya berisi tentang materi-materi umum tapi juga dihiasi dengan aktifitas seperti Outbond dan ilmu sains. Sekolah alam ini menurutku adalah alternativ bagi anak-anak yang bosan atau yang malas belajar, bosan dengan aktifitas sekolah yang pada umumnya hanya mencatat terus atau mendengarkan guru mendongeng terus.

Dengan berada di alam, anak-anak didik jadi lebih enjoy, jarang bosan dengan situasi panas yang biasa membekap mereka dalam kelas, mereka bisa merasakan sebuah kebebasan, bebas berekspresi, bebas mengutarakan pendapat, belajar juga lebih nyaman tanpa terbekap situasi panas yang biasa mereka rasakan dalam kelas, mungkin kalau disekolah anak-anak konglomerat di tiap kelasnya sudah terpasang AC tapi bagaimana dengan sekolah yang ada di desa, misalnya sekolah yang berada di pinggiran desa pesisir.

Sebenarnya inti dari tulisanku ini ingin mengatakan “DUNIA TANPA SEKOLAH bagiku tak masalah asal jangan DUNIA TANPA PENDIDKAN” Sekian Terimakasih […] Hisyam.Noer