Cah angon cah angon
penekno blimbing kuwi,
Lunyu-lunyu penekno
kanggo basuh dodotira
Sudah lebih dari empat tahun aku
lepas dari jabatan sebagai Ketua IRM (OSIS) di SMA dulu, ku pikir aku terlepas
dari tugas yang aku emban sebagai pemimpin waktu itu, ternyata perkiraanku
salah besar. Empat tahun berlalu dari jabatan yang kadang membuat otakku
berfikir keras, bukan membuatku semakin tenang.
Hidupku semakin berjalan entah
itu berjalan maju atau mungkin sebaliknya, tapi aku hanya mencoba menikmati
saja, mengalir seperti air yang mengalir dari kediaman tertinggi menuju dasar
dari sebuah kehidupan, kondisi yang lambat laun menyesuaikanku dengan penduduk
sekitar desa membuatku dipercaya untuk menghandle beberapa acara, bayangkan
saja bulan ini aku dipusingkan dengan berbagai macam program dan salah satunya
adalah Pendakian Gunung tertinggi jawa yang bakal dilakukan oleh anak-anak muda
dari Desa Bulu pada 28 Desember 2013 nanti, kadang aku berfikir perasaan aku
sudah tak menjabat sebagai ketua IRM lagi, aku juga bukan seorang Mahasiswa,
aku bukan seorang doctor, professor, insinyur atau juga bukan seorang anak
pejabat, aku hanya seorang anak ingusan lulusan dari sekolah-sekolah yang
mungkin tak di kenal oleh Gubernur apalagi Presiden, bahkan aku sendiri tak tau
harus ku tuliskan apa tentang SMA ku dalam daftar riwayat hidup, dimana waktu
itu masih mengalami persamaan dengan SMA lain.
Sempat aku mengadu dengan salah
seorang kawan yang lebih tua yang menurutku lebih cerdas dari aku tapi dengan
bahasa yang sedikit intelektual dia mengatakan “kamu punya Integritas dimata
mereka dan menurutku kamu salah satu orang yang penuh inspirasi”. Aku hanya
terdiam mendengar kata-kata kawanku itu.
Tapi otakku seakan terbuka, seakan mendapat pencerahan tatkala ada sebuah
lantunan tafsir lagu Lir ilir yang di lantunkan oleh seorang budayawan Emha
Ainun Najib, tepatnya pada lirik Cah
angon cah angon penekno blimbing kuwi, Lunyu-lunyu penekno kanggo basuh dodtira,
dalam lirik tersebut
tidak disebutkan presiden atau konglomerat atau orang-orang hebat lainnya untuk
memanjat Blimbing, tapi cah angon, tentu saja boleh seorang presiden, pejabat,
konglomerat juga anak ingusan tapi yang paling terpenting dia harus memiliki
daya angon, daya menggembala, daya merangkul semua pihak tanpa memilih dan
membeda-bedakan agar buah yang berkikir lima (blimbing) itu bisa tercapai dan
lima poin, lima rukun, lima peraturan itu bisa tercipta.
Setelah mendengar lantunan lagu tersebut keyakinanku semakin menguat ketika
salah seorang kawanku mengatakan “Pemimpin yang baik adalah rakyat yang baik,
dan harusnya kepelatihan kepemimpinan itu tak perlu tapi yang perlu adalah
kepelatihan untuk menjadi rakyat yang baik”
Merenungi sedikit tentang ucapan
kawanku itu aku teringat kata-kata Nabi Muhammad yang mengatakan “Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin.”, berarti tanpa kepelatihan kepemimpinanpun manusia tetap akan jadi seorang pemimpin, dan Nabipun tak pernah berkata bahwa yang berhak jadi pemimpin adalah seorang Doktor, presiden, jendral, maupun orang kaya tapi yang berhak adalah saya, kamu, anda, mereka dan semua manusia. Hisyam Noer, 10 Desember 2013