21 Desember 2015, Aku bersama ke empat kawan dari kelompok PAUS Bulu-Tuban
bersiap meluncur sambangi alam bebas, Purwokerto adalah tujuan kami, lebih
tepatnya Desa Butuh Dusun Garung dan Gunung Sumbing adalah tempat dimana kami
harus belajar bertahan hidup dan mandiri.
Perjalanan dimulai dari Desa Bulu Kecamatan Bancar menuju ke terminal
Semarang, perjalanan ini kami harus merogoh kocek 32.000/anak untuk sampai di
terminal semarang, usai diterminal semarang kami menuju Bus jurusan Semarang
Purwokerto via Wonosobo, dalam perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 4 jam
ini kami harus merogoh kocek 35.000/anak dan sampailah di depan gapura Dusun
Garung Desa Butuh.

Usai adzan magrib masih
banyak juga pendaki yang baru turun dan datang di Basecame MT.Sumbing, salah
satunya adalah rombongan dari Jakarta yang baru datang, empat orang inilah yang
menjadi sahabat baru kami mulai dari Basecame sampai perjalanan pulang dan
mereka adalah, Nyong, Mamoy, Busil dan Jujun. Diantara ke empat anak ini hanya
Nyong yang bisa bahasa jawa.
Kami saling mengakrabkan
diri dengan pendaki yang lain terutama dengan kelompok Nyong, terus bercanda
bersama, tertawa bersama, sebelum besok pagi kami harus jalani tugas tahlukan puncak
MT.Sumbing. dan akhirnya mata ini tertidur karena lelah tertawa.
Pagi hari mata ini masih
terasa berat untuk melihat sekitar tapi dengan seketika aku bangun di kala aku
melihat dibalik kaca Basecame, MT.Sindoro terlihat begitu jelasnya, cerah dan
gagah, aku berlari keluar Basecame dan menyapa Sindoro dengan senyuman seakan
dia berkata “Welcome In The My Life”.
Bergegas aku kembali ke
Basecame dan Sarapan pagi, sementara rombongan anak Jakarta sudah siap
berangkat menyusuri MT. Sumbing. usai foto bersama dengan pendaki lain
rombongan Nyong segera berangkat, tak lama kemudian rombongan kami bersiap
menyusul anak-anak Jakarta yang sudah berangkat duluan, dan akhirnya Aku,
Impong, Handoyo, Fela dan Faisol siap telusuri MT. Sumbing.
Perjalanan baru berjalan
sekitar 20 menit tapi tanjakan sudah menghadang, tanpa rasa putus asa kami
terus terjang tanjakan untuk menuju Pos 1 (Malim), oh ya dari Basecame sampai
Malim disediakan Ojek untuk naik 25.000/anak dan turun 20.000/anak. Tak lama
berselang akhirnya kami menyusul kelompok Nyong, mereka melambaikan tangan
menunggu kami, setelah satu jam perjalanan akhirnya kami sampai Pos 1 bersama
anak-anak Jakarta. Di MT. Sumbing ini jarang sekali sumber mata air kelompok
kami membawa air Basecame tapi salah satu anak Jakarta Jujun tau tempat sumber
mata air di Pos 1 ini dari Peta yang di kasih di Basecame.
Setelah Jujun mengambil air
kamipun melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 (Genus) di dalam peta jaraknya tak
terlalu jauh tapi lagi-lagi tak ada medan datar dalam gunung ini, tanjakan
tanah liat sudah menghadang kami untuk menuju Pos 2, di tengah perjalanan
menuju Pos 2 tiba-tiba hujan turun, kami segera bergegas menggunakan jas hujan
dan hanya aku yang tak bawa jas hujan, sedikit demi sedikit kami melanjutkan
perjalanan, akupun tak peduli dengan tubuhku yang basah kuyup, sampai akhirnya
kami menemukan tempat untuk bisa mendirikan tenda, dan akhirnya tiga tendapun
berdiri bersama dengan tenda anak-anak Jakarta.
Setelah tenda berdiri Jujun
langsung masak untuk rekan-rekannya begitu juga dengan aku dan fela yang
memasak untuk kawan-kawan saya juga. Makan siang siap santap, kemudian
kami tergeletak kecapekan sambil menunggu esok kan tiba untuk melakukan Summit
Attack.
Jam 5 pagi segala persiapan untuk Summit Attack sudah siap, mulai dari
susu coklat hangat sampai makanan ringan siap mensuply tenaga kami, baru
berjalan beberapa meter tanjakan menghadang, terjal dan tinggi ternyata ini
adalah Pos Engkol-engkolan, di atas pos enkol-engkolan rasa lelah seakan sirna
kala Gunung Sindoro mulai tampakkan wajahnya, indah banget. Kami lanjutkan
perjalanan hingga melewati Pos Seduplak Roto dan sampai di Pos Pestan.
Istirahat sejenak sambil menikmati Sindoro di pagi hari, aku menghela
nafas panjang kala melihat rute menanjak dan berbatu itu adalah Pos Pasar Watu,
Pos Watu Kotak dan Pos Tanah Putih, melewati ketiga pos itu cukup menguras
banyak tenaga, sampai-sampai aku tak kuat lagi untuk mendokumentasikan video
perjalanan kali ini. Perjuangan yang keras maka akan mendapatkan hasil yang
maksimal, di Pos Watu Kotak Tuhan tunjukan keanggungan lewat ciptaannya,
Sindoro, Perahu, Selamet, Merbabu, gunung-gunung terlihat jelas dari Pos Watu
Kotak, semakin terlihat indah ketika lautan awan bermunculan mengiringi di
samping mereka, tenaga saya terkuras habis tapi perjuangan belum berhenti,
detik-detik menuju puncak, kabut datang dengan begitu tebal jarak pandang hanya
mencapai 2 meter, tapi kaki ini tak mau berhenti melangkah, terus melangkah dan
akhirnya sampai puncak, aku tergeletak tak berdaya, dengan sedikit makanan yang
kami bawa sedikit stamina yang kembali, foto bersama itu jelas menjadi
kewajiban di puncak sebagai bukti sejarah bahwa kami berhasil tahlukan puncak
sebuah gunung.
Setelah capek naik, kini saya harus berfikir untuk turun, ah tak usah
pikir panjang langsung aja turun, tenaga yang tersisa sedikit membuatku
kehilangan konsentrasi, aku berkali-kali jatuh ketika turun puncak, untungnya
tidak sampai terguling-guling di lautan batu-batu tajam. Berkejaran dengan
gerimis yang mulai turun, konsentrasiku buyar, sering kali jatuh sampai pada
urutan paling terakhir aku kembali ke tempat aku istirahat.
Didalam tenda kawan-kawan sudah mulai memasak, begitu juga dengan
kelompok anak-anak Jakarta, rencananya kami akan turun langsung ke Basecame
tapi karena hujan tak kunjung henti, kami putuskan menginap semalam lagi.

Perjalanan turun menuju basecame tak kalah menantang, kami kadang
berlari turun di tengah tanah licin bekas air hujan, tak jarang yang jatuh di
perjalanan, sampai di Pos 1 kami menghubungi Basecame untuk mengirimkan 9 ojek,
4 untuk anak Jakarta dan 5 untuk kelompok kami, akibat kaki yang tak sanggup
lagi melangkah kami terpaksa naik ojek dari pos 1 sampai Basecame.
Di Basecame kami istirahat sebentar kemudia kami
berpamitan untuk pulang, ada pertemuan ada pula perpisahan, kami harus berpisah
dengan anak-anak Jakarta. Nyong, Mamoy, Busil dan Jujun terimaksih kalian telah
mengisi sedikit cerita dalam perjalanan hidup kami, terimakasih MT.Sumbing kau
telah membuat sejarah baru dalam hidup saya, I Love You Monster Jawa Track
terjalmu tak akan terlupakan sampai nadi ini berhenti berdenyut. Hisyam
Noer, 28 Des 2014.