Jujur judul di atas aku ambil dari
sebuah buku karangan M.Izza Ahsin, judul yang sangat menarik, sedikit kata tapi
berpuluh misteri makna yang terdapat di dalamnya. Bicara soal pendidikan aku tak
bisa menutupi perasaanku yang berpandangan miring tentang pendidikan yang ada
di Indonesia.
Dari kecil aku terdidik dalam
dunia sekolah selama 14 tahun, mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah
Menengah Atas, Usai SMA aku malas untuk meneruskan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, pasalnya pendidikan di sekolah yang ada di Indonesia membatasiku
untuk bertingkah, ketika aku akan masuk sebuah Universitas, aku terkendala
dana. Dari situlah aku memutuskan untuk tidak melanjutkan ke dunia pendidikan
yang lebih tinggi, dengan catatan aku tetap belajar meski tidak bersekolah dan
itu aku lakukan salah satunya dengan membaca buku-buku yang menurutku berguna.
Itu sekilas tentang diriku.
Bicara pendidkan di Indonesia, menurutku pendidikan di Indonesia itu Monoton
atau bisa di bilang membosankan, lebih banyak murid-murid yang merasakan ingin
segera pulang dibandingkan dengan murid-murid yang merasakan ingin tetap di
sekolah, begitu ada peluang keluar dari sekolah mereka (murid-murid yang tidak
betah disekolah) langsung kabur, seperti yang sering saya temui sendiri di desa
saya, setiap jam istirahat tiba kebanyakan murid-murid pada berkeliaran, ada
yang bermain di warung kopi, ada yang bermain di Pasar dan juga bermain di
Warnet, dan ketika jam pelajaran akan dimulai lagi, mereka baru kembali ke Sekolah,
itu salah satu bukti mereka tak begitu nyaman disekolah.
Menurut pemerintah pendidikan
formal itu 9 tahun, tapi menurutku pendidikan formal itu tak hanya 9 tahun
melainkan seumur hidup, cara Pemerintah mengajak anak-anak bersekolah itu sudah
bagus, mulai dari bantuan untuk keluarga tidak mampu, beasiswa bagi anak
berprestasi, begitu juga dengan acara televisi yang tokoh utamanya sudah banyak
memuat tentang anak sekolah, tapi bukan berarti upaya pemerintah itu tak ada
kelemahannya. Pertama dari bantuan dana, kalau bisa bantuan dana tersebut
secara langsung disalurkan kepada anak-anak yang kurang mampu dan berprestasi
jangan lewat perantara karena Indonesia sangat terkenal dengan budaya sunat
menyunat dana. Sementara untuk acara televisi yang memuat anak sekolah itu
sudah bagus cuma backgroundnya jangan menggunakan kaum kaya karena akan membawa
pengaruh kepada penonton untuk mengikuti gaya yang ada dalam film tersebut,
yang ada malah sekolah sambil beradu kemewahan.
Menoleh sedikit tentang sekolah
alam, dimana sekolah itu proses belajar mengajarnya berada di alam bebas, sekolah
seperti inilah yang menurutku cocok buat anak Indonesia, mereka bisa merasakan
suatu suasna baru yang membuat mereka lebih rileks, dan nyaman. Sekolah yang
tak hanya berisi tentang materi-materi umum tapi juga dihiasi dengan aktifitas
seperti Outbond dan ilmu sains. Sekolah alam ini menurutku adalah alternativ
bagi anak-anak yang bosan atau yang malas belajar, bosan dengan aktifitas
sekolah yang pada umumnya hanya mencatat terus atau mendengarkan guru mendongeng
terus.
Dengan berada di alam, anak-anak
didik jadi lebih enjoy, jarang bosan dengan situasi panas yang biasa membekap mereka
dalam kelas, mereka bisa merasakan sebuah kebebasan, bebas berekspresi, bebas
mengutarakan pendapat, belajar juga lebih nyaman tanpa terbekap situasi panas
yang biasa mereka rasakan dalam kelas, mungkin kalau disekolah anak-anak
konglomerat di tiap kelasnya sudah terpasang AC tapi bagaimana dengan sekolah
yang ada di desa, misalnya sekolah yang berada di pinggiran desa pesisir.
Sebenarnya inti dari tulisanku
ini ingin mengatakan “DUNIA TANPA SEKOLAH bagiku tak masalah asal jangan DUNIA
TANPA PENDIDKAN” Sekian Terimakasih […]
Hisyam.Noer
