Lagu itu tak mempunyai agama juga tak
mempunyai ideology [Pak Joko]
25 Pebruari
2012, pagi itu aku tak sibuk di depan computer seperti biasa, aku pergi
kesebuah bengkel yang tempatnya terletak di terminal Pasar Layur Bulu, inilah
tempat keduaku menghabiskan waktu selain didepan komputer, ku lihat banyak
banget pelanggan bengkel ini dan aku lihat temanku yang satu ini rajin
mengerjakan seorang diri, sekitar satu jam aku Cuma bisa delongop melihat melihat temanku sedang tawuran dengan oli, baut adan alat-alat bengkel lain dan akhirnya
aku putuskan untuk pergi.
Masih dalam
satu wilayah terminal, aku menyambangi temanku yang lain yang lagi sibuk
mengatur kendaraan yang sedang parker tapi cuma lima menit aku disini dan
langsung minggat. kemudian berhenti
ditoko servis elektronik, Pak Udin itu nama pemiliknya sekaligus masih dulurku. Berjam-jam aku berada ditempat
pak udin ini, dia bercerita banyak mulai dari proyek pasar yang ada didepan
tempatnya sampai bercerita maha guruku dibidang tapak suci.
Aku
takpeduli dengan proyek pasar karena aku sendiri sudah tau seluk beluknya, Pak
Udin ngocros bercerita tentang guru tapak suciku, mataku mecicil melihatnya ketika dia mengatakan “Wong iku mantan pejuang
PKI tus”, aku yang penasaran terus bertanya ke Pak Udin.
Tak puas
dengan jawaban Pak Udin aku langsung menghubungi guruku lewat pesan SMS, yang
ingin aku tanyakan adalah masalah lagu Genjer-Genjer sak krunguku itu lagunya para PKI.
“Pak, Tau lagu genjer-genjer, iku sopo seng
gawe?” Tanya aku lewat SMS.
“Ada dua
versi yang menciptakan. Pertama adalah Muhammad Arif dari Banyuwangi yang kedua
Ki Narto Sabdo, dalang terkenal dari semarang, lalu di aransemen ulang oleh
Muhammad Arif, lagu genjer-genjer terkenal ketika masuk rekaman oleh penyanyi
Lilis Suryani dan Komedian sekaligus penyanyi Bing Slamet.” Jawabnya.
“Soale
ngertiku Bing Slamet, la Intinya apa pak?” tanyaku lagi
“Intinya
sangat mudah ditangkap, yaitu sebuah keprihatinan atas nasib rakyat yang
mengalami penderitaan karena suatu penjajahan, baik penjajahan sendiri ataupun
bangsa asing terutama penjajahan jepang kala itu, Syam ngerti genjer-genjer iku
opo?” Tanya balik dia ke aku.
“Gak ngerti,
setaukulagu genjer-genjer iku lagu waktu PKI” Jawabku
“Yang aku
tanyakan bukan lagunya tapi kata-kata genjer iku opo?” Tanya dia lagi
“Tok
internet tak delok kok artine, tumbuhan yang hidup di rawam, kayak dau talas
dan enak dimakan”. Itu jawabku
“Iyo, genjer
ora bedo karo kangkung tanaman yang tumbuh liar dan bias dikonsumsi” jelas pria
berambut gondrong itu
“Wing inane
koncoku nyanyi lagu iku la enek wong tuwo muni ngene, ojo uripno lagu iku, tak pateni lo, la dari situ aku penasaran,
tros waktu aku delok film, lagu iku muncul bareng karo kemunculane PKI.” Balas
aku.
“Perlu
dipahami dulu apa motivasi wong kuwi” balas dia
“tapi kenapa
rata-rata masyarakat menganggap lagu genjer-genjer iku lagune PKI?” Tanya aku
“Muhammad
Arif iku anggota lekra salah satu underbrow PKI, tapi genjer-genjer ga ono
hubungane karo PKI, lagu hanyalah lagu, lagu itu tak mempunyai agama juga tak
punya Ideologi, dadi yen arep nyanyi genjer-genjer yo ora masalah. Yen
masyarakat nganggep ngono yo gak masalah, pancen masyarakate yoora ngerti,
masyarakat Indonesia sam pai detik ini masih terlalu lugu untuk ditipu, dibodohi
dan di jajah.” Jawabnya
Belum sempat
aku membalas SMSnya dia mengirim SMS lagi yang mengatakan “Masyarakat Indonesia didudohno ae ije
lholak-lholok meneh ga didudohno”.
“ Oh gitu,,
makasih pak atas penjelasannya” balas aku.
0 comments:
Post a Comment