Template by:
Free Blog Templates

Thursday, June 14, 2012

Sapaan Akrab Para Sahabat




            Manusia dilahirkan di dunia dengan nama yang melekat seumur hidupnya. Nama itulah yang membedakan antara yang satu denga yang lain, walau kadang ada yang namanya sama, kesamaan itu biasanya terdapat pada sapaanya tapi bukan dinama lengkapnya.
            Unik adalah sesuatu yang aku cari dalam hidupku karena unik berarti langkah dan langkah berarti mewah atau megah. Bangku kelas IX sudah tak terasa kami singgahi dalam proses pembelajaran, tak aku duga di kelas IX kami kedatangan satu murid baru tapi berwajah lama bagiku, anak pindahan dari Solo, dia teman SD aku dulu, si raja jail itu julukan yang aku berikan waktu SD. Dialah Muhlisin atau lebih terkenalnya disapa dengan Blawus.
            Ada suatu keunikan dalam sapaan di kelas kami, Nur Sulikhin atau sering di panggil cak cing, Solikin atau dipanggil Gandol yang berarti bergelantungan, Batomi atau Toler julukan ini diberikan karena Batomi bertubuh tinggi yang hampir 2 meter, panjangnya diisyaratkan seperti layaknya ikan Toler yang panjang, Budi atau Gonggo anak ini berkepala agak besar sehingga sering disamakan dengan hewan yang bernama Gonggo, hewan berkepala besar berkaki seribu yang apabila disentuh akan melingkar seperti hewan Tergiling, Dwi atau pendek sapaan ini diberikan karena dia memang bertubuh pendek, Nur Udin yang sering disapa Brodin, sebutan ini diberikan karena dia hobi banget dengan lagu dangdut dan namanyapun hampir mirip dengan Brodin, Muhlisin anak baru yang masuk ini sering disapa dengan sebutan Blawus, yang berarti tidak pernah mandi sebutan ini diberikan karena anaknya yang berkulit hitam jadi beberapa kalipun mandi ya tetap seperti itu anaknya, tapi kadang dia juga jarang mandi jika berangkat sekolah, Bayu atau si Blonceng, kepalanya yang agak lonjong yang mirip dengan buah Blonceng lah yang membuat dia mendapatkan gelar itu. Semetara aku teman – teman sering memanggilku Cumpon yang berarti sedikit.
            Begini awal mula ceritanya, ini semua terjadi gara – gara kelereng dan temanku si Gandol, tepatnya di Balai Desa Banjarjo, sepulang sekolah, sehabis makan siang aku membuka lemariku, bukan untuk mengambil pakaian atau sepatuku tapi untuk mengambil kelerengku, permainan ini biasa aku lakukan sepulang sekolah bersama teman – temanku. Aku keluar rumah berlari menuju Balai Desa, di Balai Desa Gandol dan teman – teman sudah menunggu.
            “Ayo main” kataku
            “Lama sekali kau” sahut salah satu temanku
            “Maaf” jawabku lagi
            Permainan dimulai, aku melihat kelereng yang dibawa teman – temanku banyak sekali ada yang membawa satu botol Aqua, ada juga yang membawa 20 butir. Sementara aku cuma membawa 5 butir, sudah begitu setiap aku kalah dengan teman akrabku seperti Gandol dan disuruh bayar kadang aku minta bonus.
            “Hai Nur kau kena, ayo bayar” kata Gandol
            “Bonuslah” jawabku dengan santai
            “Apaan itu bonus, kalau begini caranya kapan aku menang” sahut Gandol
            “Bonuslah kawan punyaku cuma sedikit” aku mejelaskan sambil merayu Gandol
            “Kamu bawa kelereng berapa?” tanya Gandol
            “5 butir” dengan enteng aku menjawab
            “Apaan itu 5 butir, dasar Cumpon” kata Gandol kepadaku
            Aku hanya tersenyum malu, tapi Gandol terus mengataiku.
            “Cumpon, Cumpon, jangan main dengan Nur dia cuma bawa kelereng sedikit, dasar  Cumpon” Teriak Gandol ke teman - teman.

            Dari situlah julukan itu melekat dalam tubuh ini. Nama yang unik, bagiku itu sebutan yang menarik, gelar yang indah diberikan Gandol kepadaku. Keunikan nama – nama yang kami sandang ini tidak membuat kami untuk saling mencaci atau saling bermusuhan satu sama lain tapi justru membuat kami saling akrab satu sama lain. Gelar – gelar konyol yang melekat dalam diri kami ini adalah simbol persahabatan kami.

0 comments:

Post a Comment