oleh: Hisyam Noer
Sudah empat tahun saya tak sekolah. Banyak saran yang menyuruh saya
untuk lanjut sekolah, tapi saya sudah malas. Dunia tanpa sekolah,
mungkin itu yang terjadi pada diri saya saat ini. M. Izza Aksin,
pengarang buku Dunia Tanpa Sekolah, setidaknya, sedikit banyak
mempengaruhiku. Saya diperkenalkan kawanku dengan M. Izza Aksin setahun
yang lalu. M. Izza telah berhasil mengajariku bagaimana mendapatkan
pendidikan tanpa bersekolah.
Selain M. Izza Aksin, perkembangan teknologi juga berpengaruh besar
dalam proses belajarku. Apalagi hampir setiap waktu saya habiskan di
depan komputer dan jaringan internet. Teknologi yang semakin berkembang
membuat proses belajar semakin mudah buatku, tapi tidak buat sebagian
besar anak-anak sekolah sekarang, khususnya di desa tempat saya tinggal
ini.
Internet yang mulai dikenal oleh masyarakat luas, termasuk penduduk Desa
Bulu, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, khususnya oleh
anak-anak sekolah, bagiku itu suatu pembodohan. Bagaimana tidak,
sebagian besar anak sekolah menggantungkan pendidikannya lewat internet
terutama tugas-tugas yang telah diberikan oleh pembimbingnya. Mereka
hanya menggunakan metode copy paste di internet untuk menyelesaikan
tugas mereka.
Pernah suatu saat ada seorang anak sekolah datang ke saya sambil
menyodorkan buku dia mengatakan, “Mas tolong saya carikan resensi buku
ini." Dengan santai saya jawab, “Bukankah resensinya sudah ada dalam
buku itu sendiri?” Dan anak sekolah itu menjawab, “Iya tapi malas aku
menulisnya, copy paste dari internet saja mas.” Inilah salah satu bukti
metode instans menjadi suatu pembodohan yang terjadi di Indonesia.
Bukan hanya anak sekolah saja yang mengalami pembodohan demikian, tapi
juga guru. Pernah ada sebuah peristiwa seorang pelajar datang ke warnet
tempat saya kerja meminta saya untuk dicarikan sejarah Gajah Mada
termasuk lahir dan wafatnya. Sebelum saya carikan sempat saya tanya,
“Kira-kira terciptanya google dan lahirnya Gajah Mada duluan mana?” Anak
sekolah itu pun menjawab, “Duluan Gajah Mada, mas.” Dan kembali saya
tanya, “Kira-kira ada nggak di google lahirnya Gajah Mada?” Dan dia
jawab, “Gak ada mas.” “Sudah tahu nggak ada kenapa masih saja suruh
nyari di google.” “Guru saya menyuruh begitu.” “Aduh…dengarkan ya, tak
semua yang ingin di cari ada di internet”.
Dari beberapa kejadian tersebut saya hanya bisa menyimpulkan, internet
bukan segalanya, tak semua yang kita cari bakal ada di internet.
Internet hanya pelengkap buku-buku yang ada di dunia ini. Bahkan
internet masih kalah lengkap dengan buku dan jangan terlalu terlena
dengan metode instan. Jangan cepat puas dan selalu ingin tahu.
0 comments:
Post a Comment