Template by:
Free Blog Templates

Sunday, December 1, 2013

Teknologi yang Membodohkan


oleh: Hisyam Noer
Sudah empat tahun saya tak sekolah. Banyak saran yang menyuruh saya untuk lanjut sekolah, tapi saya sudah malas. Dunia tanpa sekolah, mungkin itu yang terjadi pada diri saya saat ini. M. Izza Aksin, pengarang buku Dunia Tanpa Sekolah, setidaknya, sedikit banyak mempengaruhiku. Saya diperkenalkan kawanku dengan M. Izza Aksin setahun yang lalu. M. Izza telah berhasil mengajariku bagaimana mendapatkan pendidikan tanpa bersekolah.
Selain M. Izza Aksin, perkembangan teknologi juga berpengaruh besar dalam proses belajarku. Apalagi hampir setiap waktu saya habiskan di depan komputer dan jaringan internet. Teknologi yang semakin berkembang membuat proses belajar semakin mudah buatku, tapi tidak buat sebagian besar anak-anak sekolah sekarang, khususnya di desa tempat saya tinggal ini.
Internet yang mulai dikenal oleh masyarakat luas, termasuk penduduk Desa Bulu, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, khususnya oleh anak-anak sekolah, bagiku itu suatu pembodohan. Bagaimana tidak, sebagian besar anak sekolah menggantungkan pendidikannya lewat internet terutama tugas-tugas yang telah diberikan oleh pembimbingnya. Mereka hanya menggunakan metode copy paste di internet untuk menyelesaikan tugas mereka.
Pernah suatu saat ada seorang anak sekolah datang ke saya sambil menyodorkan buku dia mengatakan, “Mas tolong saya carikan resensi buku ini." Dengan santai saya jawab, “Bukankah resensinya sudah ada dalam buku itu sendiri?” Dan anak sekolah itu menjawab, “Iya tapi malas aku menulisnya, copy paste dari internet saja mas.” Inilah salah satu bukti metode instans menjadi suatu pembodohan yang terjadi di Indonesia.
Bukan hanya anak sekolah saja yang mengalami pembodohan demikian, tapi juga guru. Pernah ada sebuah peristiwa seorang pelajar datang ke warnet tempat saya kerja meminta saya untuk dicarikan sejarah Gajah Mada termasuk lahir dan wafatnya. Sebelum saya carikan sempat saya tanya, “Kira-kira terciptanya google dan lahirnya Gajah Mada duluan mana?” Anak sekolah itu pun menjawab, “Duluan Gajah Mada, mas.” Dan kembali saya tanya, “Kira-kira ada nggak di google lahirnya Gajah Mada?” Dan dia jawab, “Gak ada mas.” “Sudah tahu nggak ada kenapa masih saja suruh nyari di google.” “Guru saya menyuruh begitu.” “Aduh…dengarkan ya, tak semua yang ingin di cari ada di internet”.
Dari beberapa kejadian tersebut saya hanya bisa menyimpulkan, internet bukan segalanya, tak semua yang kita cari bakal ada di internet. Internet hanya pelengkap buku-buku yang ada di dunia ini. Bahkan internet masih kalah lengkap dengan buku dan jangan terlalu terlena dengan metode instan. Jangan cepat puas dan selalu ingin tahu.

0 comments:

Post a Comment