Piye kabare? Enak jamanku to?, mungkin jutaan mata
rakyat Indonesia pernah melihat tulisan ini, dan juga tercerna dengan baik
dalam otak sebagian besar penduduk rakyat Indonesia, terutama mereka yang hidup
di zaman modern seperti saat ini.

Kata-kata yang bersanding dengan foto Presiden
Soeharto menjadi perhatian khusus bagi saya, awalnya saya menganggap kata-kata
ini hanya sekedar lelucon yang dibuat oleh teman-teman seniman kreatif, tapi
ternyata kata-kata ini berisi pesan khusus, kata-kata yang biasa saya temui di
stiker-stiker dan bak truk ini berisi perbandingan nasib bangsa antara zaman
Presiden Soeharto dan Presiden-Presiden sesudahnya.
Sisihkan dulu kata-kata itu, mari beralih ke Pemilu 9
Juli 2014 kemarin. Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf kalla. Sejak saya mendapatkan
hak memilih baru kali ini saya merasakan pemilu pembodohan, kedua Capres dan
Cawapres bertingkah seperti anak kecil. Dari mendia Satu bilang Capres Boneka
dan yang satu bilang Capres Penculik, ini menunjukkan bahwa kedua kubu tak ada
kedewasaan sama sekali, kalau Indonesia di pimpin orang-orang yang yang tak
dewasa terus mau jadi apa Indonesia?.
Lontaran kata-kata terus beradu, kedua kubu saling
mengutarakan hujatannya lewat media, media berubah menjadi teroris kelas kakap,
media sebagai sumber kepercayaan ribuan mata rakyat Indonesia kini berubah
menjadi teroris handal, memanaskan persaingan, mengadu kubu satu dengan kubu
lain, kenapa gak sekalian saja persiapkan ring tinju dan pertarungkan kedua
kubu di dalam ring tinju, satu bilang berita itu bohong, satu juga bilang
bohong, belum apa-apa rakyat Indonesia sudah di bohongi.
Ada dua Poin menurut
saya untuk Indonesia lebih baik pertama pengamalan UUD 45 Pasal 34 ayat 1 berbunyi “Fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh Negara” dan
Pasal 33 ayat 3 berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Sekarang kita kembali
ke kata “Piye kabare? Penak jamanku toh?”,
sekali lagi, kata yang bersanding dengan foto Presiden Soeharto ini seakan
memberikan pesan tersendiri di hati ribuan masyarakat Indonesia, terkenang baik
dalam sebagian besar hati rakyat Indonesia. Perlu saya acungi jempol buat masa
pemerintahan Presiden Soeharto, menurut pandangan saya beliau berhasil
mengamalkan UUD 45 Pasal 34 ayat 1, dimana kesejahteraan rakyat menjadi pilihan
utama buatnya.
Menanggapi soal
kinerja Presiden Soeharto, Maftukin selaku DPRD di kota saya berkata “Silahkan
mau beli leopard, Silahkan mau beli Honda Jazz, atau pesawat tempur tercanggih
sekalipun, tapi semua itu akan terasa sia-sia jika kesejahteraan rakyat di
abaikan, sedangkan yang dilakukan Presiden Soeharto lebih memilih untuk
menyantuni masyarakat dibandingkan harus membeli kendaraan tempur maupun
kendaraan Negara yang lain dan hasilnya Presiden Soeharto lebih di kenang
dimasyarakat”
“Rakyat tidak akan
menanyakan uang untuk menyantuni rakyat itu datangnya darimana, yang penting
rakyat merasa tersantuni oleh Negara” Tambahnya lagi
Ada benarnya apa yang
di katakana DPRD barusan, tapi sangat di sayangkan Presiden Soeharto tak bisa
mengamalkan UUD 45 Pasal 33 ayat 3, kekayaan alam Negara Indonesia hampir
keseluruhan di kuasai Negara asing, bahkan Freeport tambang emas terbesar di
duniapun ikut di komando Negara asing.
Jika dibandingkan
dengan Presiden-Presiden Indonesia sesudahnya, mungkin Presiden Soeharto lebih
unggul dalam hal mensejahterakan rakyat, biarpun Presiden SBY berhasil membeli
Leopard maupun kendaraan canggih sekalipun, tapi Presiden SBY belum mendapat
apresiasi lebih dari masyarakat, sementara untuk Presiden 2014/2019 mendatang,
jika kedua kubu masih terus bergelut dengan permasalahan-permasalahan yang tak
jelas maka bersiaplah Indonesia akan terbelah menjadi Indonesia bagian barat
dan Indonesia bagian timur. Indonesia saat ini seperti flm komedi dan
penontonya adalah Negara-negara lain yang siap masuk untuk menguras kekayaan
Negara. Hisyam Noer Untuk Pilpres 2014